Perpisahan
sejatinya bukanlah memisahkan, namun memberi jeda untuk pertemuan
selanjutnya" (masgun) ya, pagi itu, ternyata menjadi pagi terakhir kita di
20 hari yang awalnya begitu banyak curiga dan prasangka sebelum memulainya.
"20 hari? membosankankah? siapa yang akan kita temui?" dan deretan
pertanyaan lainnya.
hey,
ternyata aku belajar banyak hal dari 20 hari yang begitu bermakna, Allah
ijinkan untuk bertemu dan berada dibagian mozaik kehidupan orang-orang yang
istimewa. hey, hal-hal sederhana itu ternyata membeku menjadi rindu, pagi-pagi
yang sibuk dengan antrian mandi, lalu baris berbaris (ssst, aku tidak pernah
ikut baris berbaris, dengan sombongnya bilang "pagiku terlalu berharga
untuk dilewati hanya dengan baris berbaris", aih, sok banget ya) antrian
sarapan pagi dengan dandanan hitam putih yang rapi, memulai materi dari jam 8,
icebreaking yang mencairkan suasana, coffebreak yang benar-benar ngopi, kopi
hitam pekat dengan gula yang pas, biar ngak ngantuk untuk materi selanjutnya,
antrian makan siang, kadang menggalaukan untuk sholat dulu atau makan duluan,
selesai materi dikelas yang melegakan, antrian mandi sore, dan menyambut
magrib, suasana makan malam yang bersahabat. hey, masih ingat makan malam
dimalam hari kedua kita di asrama, ketika listrik padam, aku, kamu (yang pagi
tadi ketika perkenalan sengaja dipanggil oleh teman satu kelompokku, bang Dede,
katanya sama-sama orang Padang) dan kak Nia, obrolan santai yang berkesan,
ternyata kita mempunyai irisan lingkaran kehidupan yang sama. teman-teman yang
sama-sama kita kenal, ternyata cerita hidup kita dekat. menakjubkan. aku
bersyukur dengan diawali obrolan sederhana kita disuasana tak ada listrik,
menjadi awal kedekatan dengan kak Nia, kak Kiki, kak Dana, kak Rika dan
teman-teman dari kabupaten Sarolangun. hey, sebuah penghargaan yang aku
syukuri, orang-orang yang baru kita kenal, lalu saling bercerita tentang
kehidupan, bukankah membahagiakan, dalam waktu yang singkat saling
mempercayakan.
hey, aku
tahu, kita tidak bisa memaksakan untuk menjadi bagian penting dihidup orang
lain, namun kita selalu bisa untuk menjadikan diri kita sebagai seorang sahabat
yang baik untuk siapapun yang mau menjadi sahabat kita, orang-orang yang mau
untuk saling menghargai. hey, aku juga memaknai, kita ini bukan siapa-siapa
yang berani men judge kehidupan seseorang, seperti gunung es, yang terlihat
hanya sedikit sekali, namun dinamika kehidupan yang sudah dilewatinya begitu
banyak, luka fisik ditangan saja mampu disembunyikan dengan rapi, apalagi luka
dihati yang tidak terlihat dan yang tak memiliki ukuran dalamnya luka itu.
setiap orang tentu punya luka, entah karena kesedihan, trauma, atau banyak hal
lainnya, namun kita punya pilihan untuk berbaik sangka bukan? semoga juga bisa
membantu sebisa yang kita bisa. maaf jika ternyata terlalu baik dan care itu
juga tidak selalu baik. mengenalmu di dimensi yang tak terduga ini begitu
membahagiakan, berdiskusi denganmu seperti menelusuri jalan pulang bersama,
membuatku merasa ada bagian yang membuatku nyaman diperantauan, khususnya dipelatihan
ini, membuatku merasa tidak sendirian, walau terlihat canggung, dan kamu
berkata "adaptasi i, adaptasi, memang beda samo di Padang" entahlah
dengan nada apa kamu mengucapkannya. ada kesalkah? lalu aku yang tertawa ketika
kamu katakan "marasai kanai lantak an jo bae wak di Jambi ko"
perbedaan bahasa yang aku harus beradaptasi walau 23 tahun usiaku akrab dengan
bahasa minang. ya seperti katamu beradaptasi. hey, bioskop 21 dadakan kita
dilorong itu, melewati waktu bersama dengan tidak kemana-kemana, dan tanpa
sengaja membuatmu bertanya tentang sebuah bagian kehidupan yang (sangat)
sedikit sekali orang-orang terdekatku yang menelusurinya, ya dunia tulis
menulis. siapa yang tahan dengan membaca dan menulis, hanya sedikit sekali.
hey, begitu
membahagiakan bisa menemukan orang yang juga suka dengan dunia tulis menulis.
bukankah kita pelupa dan menulis membantu kita untuk mengabadikan ingatan dan
kenangan. menulislah, menulislah dengan jujur, karena menulis tempat yang mampu
mendengarkanmu melebihi siapapun. aku suka dengan "ngalir" ala
tulisanmu, ya, menjadikan tulisan itu mengalir tanpa beban, yups, setuju, kita
menulis bukan untuk menjadi baik menurut semua versi manusia, bukan untuk
penilaian orang lain, jika ada baiknya ya silahkan dimaknai, namun jika tidak
suka ya, tidak usah dibaca. mudah saja bukan. aku suka tulis menulis dan
menemukan teman yang juga menyukainya begitu istimewa. dan mengenalmu
membahagiakan, seperti katamu berwarna, warna apa? merah maroon? hey, bersama
kak Nia, naik angkot, turun angkot menelusuri Jambi, mengingatkan pada
Bukittinggi, sangat terasa jalan-jalannya. bercerita tentang banyak hal, kak
Kiki juga, kak Yuyun. menghadiri pernikahan bang Dede. Barakallah bang Dede dan
Kak denok. merasakan dinginnya Jangkat, memetik strawberry dan memakannya,
keindahan Danau pauh, lalu ada banyak hal yang bahkan belum mampu untuk
dideskripsikan satu-persatu.
kak
Fera-kak Ria-bg Lukman-Pak Pri-pak syahrul-bg ikhsan-kak kiki-kak Yuyun-kak
munira-buk masniar-bg Fadli-bg fijin-buk Mastura-mbak ning-bg Rudi-bg
andika-yuk aini-kak diana-kak erna-pak Jal-bg mahmudi-buk azzah-kak rika-kak
nia-kak dana-bang Dede-Eri-bg zuhri-bg yuzi-buk nur-pak adi-bg kamsir-bg
amir-bg udin-suci-kak nika-kak neng-kak diana-kak wi-mbak mik-pak azhari-pak
azhar-tim WI.
kita akan
selalu bertanya-tanya tentang apa yang ada dimasa depan, siapa yang akan kita
temui, bagaimana kita menjalaninya, bahagiakah? atau sebaliknya? namun 20 hari
memberikan pemahaman baik bahwa tugas kita adalah berusaha untuk mempersiapkan
diri menghadapinya, salah satu persiapan itu adalah selalu berprasangka baik
pada Allah karena terkadang Allah melindungi kita dengan ketidaktahuan itu
sendiri. "Allah merahasiakan masa depan, untuk menguji kita agar kita
berprasangka terbaik, berencana terbaik, berupaya terbaik, bersyukur dan
bersabar" (Salim A Fillah)
kadang
bahagia, istimewa, menyenangkan, itu juga tentang sudut pandang, semoga
kondisi-kondisi yang terlihat tidak menyenangkan mampu membuat kita belajar
untuk melihat sisi-sisi yang membahagiakannya. begitupun mengenal banyak
orang-orang baru didimensi kehidupan kita, semua relatif, ayo belajar untuk
melihat sisi-sisi baik, bukan mencari sahabat yang baik, namun dimulai dari
diri kita sendiri untuk bisa menjadi sahabat yang baik. karena kita tidak perlu
memaksa orang lain memberikan tempat penting dihatinya untuk kita, memberikan
kita porsi diperjalanan kehidupannya, namun tetaplah belajar untuk baik dan
menghargai orang lain, memang terlihat sangat normatif tapi tentang hati dan
kebaikan, kita bisa belajar untuk ikhlas disetiap keadaan.
~ Bumi seentak galah
serengkuh dayung, 18 Oktober 2015 semoga menjadi tujuan tulisan itu
membahagiakan, menjadi kenang-kenangan yang tak terlupakan didimensi waktu ini.
jauh-jauh dari kata membosankan ya, semoga terimakasih sudah membaca. teruslah
menulis, ditunggu. "perjalanan rasa. semoga Tuhan mendekatkan rahasia
perasaan pada jawabannya". (Fahd Pahdepi).”