Kamis, 22 Oktober 2015

 


Perpisahan sejatinya bukanlah memisahkan, namun memberi jeda untuk pertemuan selanjutnya" (masgun) ya, pagi itu, ternyata menjadi pagi terakhir kita di 20 hari yang awalnya begitu banyak curiga dan prasangka sebelum memulainya. "20 hari? membosankankah? siapa yang akan kita temui?" dan deretan pertanyaan lainnya. 

hey, ternyata aku belajar banyak hal dari 20 hari yang begitu bermakna, Allah ijinkan untuk bertemu dan berada dibagian mozaik kehidupan orang-orang yang istimewa. hey, hal-hal sederhana itu ternyata membeku menjadi rindu, pagi-pagi yang sibuk dengan antrian mandi, lalu baris berbaris (ssst, aku tidak pernah ikut baris berbaris, dengan sombongnya bilang "pagiku terlalu berharga untuk dilewati hanya dengan baris berbaris", aih, sok banget ya) antrian sarapan pagi dengan dandanan hitam putih yang rapi, memulai materi dari jam 8, icebreaking yang mencairkan suasana, coffebreak yang benar-benar ngopi, kopi hitam pekat dengan gula yang pas, biar ngak ngantuk untuk materi selanjutnya, antrian makan siang, kadang menggalaukan untuk sholat dulu atau makan duluan, selesai materi dikelas yang melegakan, antrian mandi sore, dan menyambut magrib, suasana makan malam yang bersahabat. hey, masih ingat makan malam dimalam hari kedua kita di asrama, ketika listrik padam, aku, kamu (yang pagi tadi ketika perkenalan sengaja dipanggil oleh teman satu kelompokku, bang Dede, katanya sama-sama orang Padang) dan kak Nia, obrolan santai yang berkesan, ternyata kita mempunyai irisan lingkaran kehidupan yang sama. teman-teman yang sama-sama kita kenal, ternyata cerita hidup kita dekat. menakjubkan. aku bersyukur dengan diawali obrolan sederhana kita disuasana tak ada listrik, menjadi awal kedekatan dengan kak Nia, kak Kiki, kak Dana, kak Rika dan teman-teman dari kabupaten Sarolangun. hey, sebuah penghargaan yang aku syukuri, orang-orang yang baru kita kenal, lalu saling bercerita tentang kehidupan, bukankah membahagiakan, dalam waktu yang singkat saling mempercayakan. 

hey, aku tahu, kita tidak bisa memaksakan untuk menjadi bagian penting dihidup orang lain, namun kita selalu bisa untuk menjadikan diri kita sebagai seorang sahabat yang baik untuk siapapun yang mau menjadi sahabat kita, orang-orang yang mau untuk saling menghargai. hey, aku juga memaknai, kita ini bukan siapa-siapa yang berani men judge kehidupan seseorang, seperti gunung es, yang terlihat hanya sedikit sekali, namun dinamika kehidupan yang sudah dilewatinya begitu banyak, luka fisik ditangan saja mampu disembunyikan dengan rapi, apalagi luka dihati yang tidak terlihat dan yang tak memiliki ukuran dalamnya luka itu. setiap orang tentu punya luka, entah karena kesedihan, trauma, atau banyak hal lainnya, namun kita punya pilihan untuk berbaik sangka bukan? semoga juga bisa membantu sebisa yang kita bisa. maaf jika ternyata terlalu baik dan care itu juga tidak selalu baik. mengenalmu di dimensi yang tak terduga ini begitu membahagiakan, berdiskusi denganmu seperti menelusuri jalan pulang bersama, membuatku merasa ada bagian yang membuatku nyaman diperantauan, khususnya dipelatihan ini, membuatku merasa tidak sendirian, walau terlihat canggung, dan kamu berkata "adaptasi i, adaptasi, memang beda samo di Padang" entahlah dengan nada apa kamu mengucapkannya. ada kesalkah? lalu aku yang tertawa ketika kamu katakan "marasai kanai lantak an jo bae wak di Jambi ko" perbedaan bahasa yang aku harus beradaptasi walau 23 tahun usiaku akrab dengan bahasa minang. ya seperti katamu beradaptasi. hey, bioskop 21 dadakan kita dilorong itu, melewati waktu bersama dengan tidak kemana-kemana, dan tanpa sengaja membuatmu bertanya tentang sebuah bagian kehidupan yang (sangat) sedikit sekali orang-orang terdekatku yang menelusurinya, ya dunia tulis menulis. siapa yang tahan dengan membaca dan menulis, hanya sedikit sekali. 

hey, begitu membahagiakan bisa menemukan orang yang juga suka dengan dunia tulis menulis. bukankah kita pelupa dan menulis membantu kita untuk mengabadikan ingatan dan kenangan. menulislah, menulislah dengan jujur, karena menulis tempat yang mampu mendengarkanmu melebihi siapapun. aku suka dengan "ngalir" ala tulisanmu, ya, menjadikan tulisan itu mengalir tanpa beban, yups, setuju, kita menulis bukan untuk menjadi baik menurut semua versi manusia, bukan untuk penilaian orang lain, jika ada baiknya ya silahkan dimaknai, namun jika tidak suka ya, tidak usah dibaca. mudah saja bukan. aku suka tulis menulis dan menemukan teman yang juga menyukainya begitu istimewa. dan mengenalmu membahagiakan, seperti katamu berwarna, warna apa? merah maroon? hey, bersama kak Nia, naik angkot, turun angkot menelusuri Jambi, mengingatkan pada Bukittinggi, sangat terasa jalan-jalannya. bercerita tentang banyak hal, kak Kiki juga, kak Yuyun. menghadiri pernikahan bang Dede. Barakallah bang Dede dan Kak denok. merasakan dinginnya Jangkat, memetik strawberry dan memakannya, keindahan Danau pauh, lalu ada banyak hal yang bahkan belum mampu untuk dideskripsikan satu-persatu. 

kak Fera-kak Ria-bg Lukman-Pak Pri-pak syahrul-bg ikhsan-kak kiki-kak Yuyun-kak munira-buk masniar-bg Fadli-bg fijin-buk Mastura-mbak ning-bg Rudi-bg andika-yuk aini-kak diana-kak erna-pak Jal-bg mahmudi-buk azzah-kak rika-kak nia-kak dana-bang Dede-Eri-bg zuhri-bg yuzi-buk nur-pak adi-bg kamsir-bg amir-bg udin-suci-kak nika-kak neng-kak diana-kak wi-mbak mik-pak azhari-pak azhar-tim WI. 

kita akan selalu bertanya-tanya tentang apa yang ada dimasa depan, siapa yang akan kita temui, bagaimana kita menjalaninya, bahagiakah? atau sebaliknya? namun 20 hari memberikan pemahaman baik bahwa tugas kita adalah berusaha untuk mempersiapkan diri menghadapinya, salah satu persiapan itu adalah selalu berprasangka baik pada Allah karena terkadang Allah melindungi kita dengan ketidaktahuan itu sendiri. "Allah merahasiakan masa depan, untuk menguji kita agar kita berprasangka terbaik, berencana terbaik, berupaya terbaik, bersyukur dan bersabar" (Salim A Fillah)

kadang bahagia, istimewa, menyenangkan, itu juga tentang sudut pandang, semoga kondisi-kondisi yang terlihat tidak menyenangkan mampu membuat kita belajar untuk melihat sisi-sisi yang membahagiakannya. begitupun mengenal banyak orang-orang baru didimensi kehidupan kita, semua relatif, ayo belajar untuk melihat sisi-sisi baik, bukan mencari sahabat yang baik, namun dimulai dari diri kita sendiri untuk bisa menjadi sahabat yang baik. karena kita tidak perlu memaksa orang lain memberikan tempat penting dihatinya untuk kita, memberikan kita porsi diperjalanan kehidupannya, namun tetaplah belajar untuk baik dan menghargai orang lain, memang terlihat sangat normatif tapi tentang hati dan kebaikan, kita bisa belajar untuk ikhlas disetiap keadaan.

~ Bumi seentak galah serengkuh dayung, 18 Oktober 2015 semoga menjadi tujuan tulisan itu membahagiakan, menjadi kenang-kenangan yang tak terlupakan didimensi waktu ini. jauh-jauh dari kata membosankan ya, semoga terimakasih sudah membaca. teruslah menulis, ditunggu. "perjalanan rasa. semoga Tuhan mendekatkan rahasia perasaan pada jawabannya". (Fahd Pahdepi).”