Selasa, 25 Juni 2013

Mendaki Gunung Merapi (Sumatera Barat), Salah Satu Mimpi Genggam Nyata..


Bukittinggi,, saya tak pernah menyangka menjadi bagian dari kota bukittinggi, yang pasti saya bersyukur berada dikota ini,, karena semua pengalaman yang tak terlupakan itu juga berawal dari kota ini, Bukittinggi…
Hari ini matahari kembali bersinar seperti biasanya, saya melihat kearah utara dari kost saya,,yups,, disana puncak merpati,, puncak diatas gunung merapi…
semua otot-otot kaki saya terasa kaku, yaa,, 6 juni 2013, salah satu pengalaman yang tak kan terlupakan itu dimulai…
sehabis ujian akhir semester, teman-teman saya seperti biasanya merencanakan untuk mendaki merapi, tahun lalu mereka juga mendaki merapi hanya saja saya belum berkesempatan untuk ikut.
Sehari sebelumnya kami telah mempersiapkan apa saja yang akan dibawa, karena saya pemula, jadi saya setuju-setuju saja dengan saran-saran dari teman-teman.
Kami berencana berangkat dari bukittinggi jam 9 pagi, tapi karena sesuatu dan lain hal, hehe,, keberangkatan menjadi jam 11.30, padahal teman saya ozzy yang berangkat dari Padang datang tepat waktu jam 9. Kami berkumpul didepan kampus (ini salah satu tempat yang strategis karena udah biasa kekampus mungkin ya, hehe) lalu menaiki angkot yang sengaja disewa untuk bisa mengantarkan ke Koto Baru, tempat untuk memulai pendakian.
Setelah sampai diKoto Baru, kami melapor kepada petugas menuliskan nama siapa-siapa saja yang akan mendaki, meninggalkan no Hp, dan segala macam administrasi nya, dan lagi-lagi teman saya yang menghandle, hehe…


administrasi dulu yaa..
Perjalanan dimulai, kami mendaki 17 orang, saddam (yang udah puluhan kali mendaki, dan dia secara tidak langsung bisa dikatakan sebagai guide kami semua, heehe) bro bayaik (walaupun belum sampai puluhan kali mendaki, tapi percaya de, dia seksi dari segala seksi yang sangat jitu,hahah,,#apa ini) ozzy (jauh-jauh dari Padang dan ontime) alfi, aldo, (kasuk), danny, faiz, afri, puja, yang cewek-cewek ada maya, fadilah (saya biasa manggil iya), Tata, vivi (biasa saya panggil Pipay), devi (biasa saya panggil pipi), yori (biasa saya panggil Oror), wara (biasa dipanggil mbak wara), dan riri (saya sendiri,, ehhehe) maaf, maaf, sok-sok an formal perkenalan saya.
kebun dikiri dan kanan
Perjalanan mendaki merapi dimulai, ini perjalanan saya yang pertama, melewati kebun-kebun sayur yang ada ditepi jalan, beberapa kali juga berpapasan dengan bapak-bapak yang sibuk dikebunnya, hijau, asri, segar,, tapi matahari terik diatas kami, dengan sesekali kami tertawa bersama membuat perjalanan ini lebih baik. dari kejauhan saya melihat ada sebuah rumah kayu, pipi bertanya “dam, itu posko satu?” sadam menjawab “iyo, disitu wak baranti partamo pi” saya yang mendengarkan jadi lebih semangat untuk berjalan lebih cepat, hahah…
Sesampai di posko 1, kami istirahat dulu, masuk ke posko, bertemu juga dengan beberapa pendaki yang udah turun, mengisi energi dengan minum dan memakan roti persediaan kami. Setelah jam menunjukkan 13.00 wib kami lanjut mendaki, beberapa menit setelah berjalan, kami berhenti untuk sholat dulu, karena disana ada air untuk berwudhu’. Mengisi botol-botol minum yang kosong. Meneguk air dikaki gunung merapi, dingiiiiiinnn,, seperti air dari kulkas.
sholat dulu, ngantrii yaa

yg udah sholat istirahat dulu, airnyaa dingin


Perjalanan dilanjutkan, saya berjalan dekat dengan pipi, lalu kami membaca plang yang kami temui dengan tulisan “4 km” lalu kami menggemakan kebahagiaan yang sedikit lebay
“waa,,, pii,, alah 4 km” komentar saya,,
”iyooo ri,, semangat” balas pipi.
beberapa teman yang berada didekat kami tertawa. Lalu bro bayaik berkomentar “haha,,semangat bro, masih ado sisonyo tu bro” wkwkw,,
Kami sampai dipos 2, segera saya mengambil posisi duduk yang nyaman, sambil membiarkan kaki-kaki saya istirahat sebentar, rasanya kaki-kaki saya mulai protes, haus juga terasa, saya meminta minum kepada teman-teman, lalu faiz yang waktu itu memegang minum menawarkan minum, lalu kami juga bertemu dengan seorang cowok yang juga sedang beristirahat diposko, tak lama kemudian 3 orang temannya juga mengambil posisi duduk, mereka baru saja turun. Salah seorang dari mereka cidera, kakinya terkilir dicadas, tapi ia tetap berusaha menuruni gunung walau tertatih dan sebuah tongkat menopang tubuhnya,, hmm, cadas,, seperti apa ya? Saya bergumam dalam hati dan sibuk menerka-nerka,, mereka juga memberitahu kami untuk menghemat persediaan air karena diatas air ngak ada.
kami segera mempersiapkan makan, saya beranjak dari tempat duduk saya, oror dan teman-teman mengeluarkan nasi goreng yang telah dipersiapkan tadi pagi,, waa,, saya ngak ikut mempersiapkan karena buru-buru kekost saya karena belum packing, hehhe… karena persediaan air terbatas maka tidak boleh ada yang cuci tangan pake air, hmm,, awalnya saya merasa agak aneh, hehe,,
Kami melanjutkan perjalanan, setelah berhenti dan makan siang, kaki-kaki yang tadi protes mulai merasa lebih baik, hehe,, saya mencoba untuk berjalan bagian depan, tapi lama-lama lutut saya mulai terasa kaku, saya mencoba memperlambat langkah, dari bagian depan perlahan-lahan saya berada dibagian belakang,, karena terkadang saya harus berhenti untuk duduk dan meluruskan kaki saya,,
Perjalanan harus tetap dilanjutkan, karena masing-masing kecepatan kami dalam melanjutkan perjalanan beda-beda, maka secara tidak sengaja dari 16 orang kami menjadi beberapa kelompok dalam perjalanan, walaupun kadang tak terlihat teman-teman yang udah jalan didepan atau dibelakang tapi masih dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Saya, mbak wara, ozzy, puja, dan pipi berada disatu barisan untuk menuju puncak, hehe… sesekali saya dan pipi membahas banyak hal untuk mencoba membuat perjalanan menjadi terasa singkat, ini untuk kedua kalinya kami mencoba melupakan jarak, yups, sebelumnya beberapa minggu yang lalu, kami nekat mengikuti maraton internasional sejauh 10 km (azeeeh, gaya banget kedengarannya) heheh,,tapi belum nyampe garis start saya udah cidera duluan, waa,,, malu-maluin banget,, maraton udah beganti aja dengan jalan santai, haha,,,
“Sebenarnya bukan tingginya gunung yang harus kita taklukan, tapi…” saya sengaja untuk tidak menyelesaikan kata-kata saya,
“yang harus ditaklukan adalah diri kita sendiri” lanjut pipi,,
lalu kami tertawa bersama,, beberapa kali dengan gaya ala dora the explorer kami mengulang-ulang kata-kata itu karena terlalu sering diulang kami tertawa, tertawa dengan makna masing-masing,,
“apa yang harus kita taklukaaaaaannnn???”
semua menjawab “diri kita sendiriiiii…”
“apaaaa???”
“diri kita sendiri”
“apaaa??Kurang kerass”
“diri kita sendiri”
“apaaa?? Sekali lagi”
“diri kita sendiri”
“hahaha…”
Disela nafas yang terengah-engah kami masih sempat untuk tertawa,,saya mencoba menyugesti diri saya, perjalanan ini indah jika bisa dinikmati, bukanlah puncak satu-satunya tujuan, tapi proses dalam menuju puncak, itu akan menjadi bagian yang takkan terlupakan dari proses perjalanan ini, saya yakin itu, dan ini akan menjadi jejak-jejak langkah yang tak akan saya lupakan jika saya sampai dipuncak nanti.
Setelah beberapa menit perjalanan saya merasa mendapatkan teknik yang baru untuk mengatasi kaki saya yang protes, bahkan terkadang begitu berat untuk dilangkahkan. Ketika mendaki saat lutut mulai terasa ngilu dan tak bisa dilangkahkan lagi, maka katakan “pause”, hehee,,, berhenti ditempat seperti mematung tanpa mengubah posisi, berarti bukan seperti awal lagi yang ketika berhenti harus duduk dan meluruskan kaki, lalu katakan “play” untuk kembali lanjut, hahaha,… ini juga untuk kami berlima yang berjalan berdekatan agar bisa menunggu yang lain saat kakinya protes tak tertahankan. Pause dan play beberapa kali kami lontarkan, dan ternyata ini lumayan ampuh untuk menambah kecepatan kami mendaki, hahaha,,
Dibeberapa perjalan terkadang saya akui, pendakian yang tak mudah untuk lutut yang terasa begitu cepat ingin sampai diatas, tapi sesekali di beberapa tempat yang kami lalui kami bisa melihat pemandangan jauh kebawah, “subhanallah sungguh indah” dan itu mengobati semuanya, dan membuat semangat kembali membara,,
Diperjalanan, kami menemui beberapa batu-batu, jadi ingat kata-kata teman-teman diperjalanan tadi “kalau lah ado batu-batu dijalan itu dakek ka cadas mah, beko tibo diterowongan dan pintu angin, lah tibo mah”.
Bagi kami berlima yang semuanya merupakan pendaki pemula, menemui batu-batu berarti sebuah harapan, hehehe… bahkan kami menebak, apakah ini pintu angin? Hahaha…
Puncak terlihat, cadas juga terlihat,, kami sangat senang,,
Beberapa menit berjalan, teman-teman yang tadi berjalan duluan udah menunggu, waa,, senang rasanya bisa kembali bersama-sama, hehe… sejenak beristirahat, sambil bercerita dan tertawa, dan setelah diabsen semua udah lengkap, perjalanan dilanjutkan, dan tak lama kemudian, kami sampai diatas, “subhanallah, pemandangan sudah mulai terlihat, indaaahhh,,” kami kembali beristirahat, disalah satu pohon ada plang yang saya baca “pintu angin” oowwh, ternyata ini yang pintu angin, bukan yang kami kira tadi, saya mencoba menerka-nerka pintu angin itu gimana ya? Hehe,, ngak tau juga gimana bisa disebut pintu angin, tapi memang dari sini, hembusan angin mulai terasa menerpa wajah, bahkan dingin juga mulai terasa, tempat kami berhenti, salah satu tempat yang bisa untuk mendirikan tenda, tapi kami kembali untuk beristirahat, saya melepaskan tas yang dari tadi setia berada dipunggung saya, meluruskan kaki, dan mengistirahatkan badan sejenak, menatap langit, awan bukan berarak lagi, tapi seperti berlari dengan sangat cepat. Teman-teman sibuk membahas topic yang selalu sukses membuat kami semua tertawa.
pintu angin


Setelah berdiskusi kami memutuskan untuk mendirikan tenda dibagian yang mendekati cadas, maka setelah beberapa menit berjalan keatas, kami sampai ditempat. disekelilingnya yang masih berdekatan terlihat beberapa tenda yang sudah lebih dulu didirikan, kami sampai ditempat, kami sempat menyapa seorang laki-laki paruh baya yang sibuk dengan kamera nya,, kami mendirikan tenda tepat diatas tenda bapak tersebut.
Mentari mulai condong segera tenggelam, awan-awan yang tadi terlihat putih berubah menjadi merah, seperti terbakar api,,sesekali mentari terlihat, sesekali tertutup awan yang jadi merah, seperti berkejar-kejaran awan yang silih berganti melewati mentari, saya menatap jauh, disana laut, saya teringat beberapa minggu yang lalu, saya sempat menikmati pemandangan indah mentari yang perlahan mulai tenggelam ditepi pantai Padang, mengayuh sepeda disepanjang jalan bersama Tia, Iin, Rozi, dan Rizki, tak terasa sekarang begitu jauh jaraknya, masih mentari yang sama, diwaktu yang berbeda saya mengagumi keindahan itu sekarang dari atas gunung, perlahan-lahan jingga disudut langit, satu-persatu titik-titik cahaya dari bawah mulai menyala, itu beberapa kota yang terlihat dari atas puncak merapi. “subhanallah..indaah” azan menggema sampai kepuncak gunung merapi, sungguh senja yang sempurna… kami bersiap-siap melaksanakan sholat magrib, karena tidak memungkinkan untuk berjamaah, kami sholat sendiri-sendiri, saya meminta izin untuk menggelar sajadah didepan tenda bapak yang tadi sibuk dengan kameranya, berdiri mengagumi kebesaranNya,sesekali mukenah tertiup angin yang mulai bertiup lebih kencang, perlahan-lahan mulai gelap, hingga salam, kedamaian menyusup perlahan, berbisik doa padaNya.
senja dimerapi
senja ditepi pantai padang
memori senja ditepi pantai padang (rizki yg fotoin)
siluet senja riri

Titik-titik cahaya yang berwarna-warni sangat kontras dengan gelap langit yang hanya dihiasi sedikit bintang. Saya masih belum beranjak dari sajadah, saya sholat berdekatan dengan pipi. Menikmati lampu-lampu dari kota Bukittinggi, Padang Panjang, Padang, hmm,, kota mana lagi yang terlihat, saya tidak terlalu tau.
“dari mana buk?” bapak tadi bertanya kepada saya dan pipi, tapi masih sibuk dengan kameranya dan sesekali melemparkan pandangan jauh kedepan kehamparan lampu-lampu.
“dari Bukittinggi pak”.
“rame ya, yang mendaki, berapa orang buk?”
“17 orang pak, iya, kami dari kampus pak”
“kuliah dimana buk,?”
“di Psikologi UNP pak, kampusnya diBelakang Balok, Bukittinggi. Bapak darimana pak?”
Ini salah satu tradisi mendaki gunung yang baru saya tau, setiap orang yang kita temui kita sapa dengan panggilan pak atau buk, walaupun dia terlihat muda.
“saya dari Limau manih.” Saya kaget dengan jawaban Bapak tersebut, saya lahir dan dibesarkan diLimau manih, kenapa saya tidak pernah sekalipun melihat bapak.
“limau manih, padang, pak? Saya juga Dari limau manih pak, tapi kok saya ngak pernah lihat bapak? hehe”. Pernyataan yang sangat jujur karena saya mencoba memutar otak saya mencari-cari dimemori saya bagian potret wajah bapak tersebut.
“hahaha,,,saya dari Limau manih buk, tepatnya di dekat gunuang nago, ayah saya orang sana, tapi saya sudah lama diBatam, hanya sesekali berkunjung ke sini lagi”. Hmm,, ternyata bapak ini memang tidak tinggal di Limau manih.
“hehhe,, begitu ya pak, di dekat gunuang nago itu sudah beda kelurahan dengan Limau manih pak, sebenarnya saya tinggal dikelurahan koto Lua pak, juga bersebelahan dengan kelurahan Limau manih, tapi karena orang biasanya lebih banyak tau dengan Limau Manih ya, saya juga bilang limau manih pak,,karena limau manih ada universitas Andalas mungkin pak,hahah”
“hahaha, iyaa buk, saya kegunung marapi menemani teman saya buk, dia sebenarnya ingin ke mahameru tapi ongkosnya mahal buk kalau dari batam” bapak tersebut menunjuk temannya yang sibuk entah mengerjakan apa.
“hheheh,, iya pak, oia pak, makasih pak udah numpang sholat depan tenda bapak, kami keatas dulu ya pak”
“ya, sama-sama buk”.
Saya dan pipi kembali ke tenda, waaa,, dingin bangeeeett, saya memakai jaket, sarung tangan, kaos kaki (2 lapis),, dingggin banget, banget, banget,,
Kami makan bersama didalam tenda, menghemat minum air putih, karena sumber air kering, saling berbagi seteguk air, semua terasa berbeda, banyak hal yang bisa saya syukuri, kebersamaan dengan teman-teman, dan juga, betapa banyak kemudahan didalam hidup saya selama ini, salah satunya boleh minum sepuasnya.
Dingin semakin menjadi-jadi, tapi waktu sholat isya sudah masuk, saya dan teman-teman melaksanakan sholat isya, tapi ternyata sesekali terasa rintik-rintik hujan jatuh dari langit. Saya lirik jam tangan saya masih menunjukkan pukul 20.00 wib, tapi bayaik dan teman-teman cowok lainnya udah sibuk membereskan tenda sebaik mungkin, lalu menyuruh kami cewek-cewek untuk segera bersiap-siap tidur ditenda,,sedangkan mereka yang cowok-cowok ditenda disebelahnya, kami mendirikan 2 tenda,,bahkan dari teman-teman yang cowok ada yang meminjami kami cewek-cewek sleeping bag mereka,,
Pagi nya jam 06.00 wib kami melaksanakan sholat shubuh,,dingiiin,,,
Meneguk minuman hangat,,sarapan dengan mie instan, waa,, rasa syukur itu kembali membuktikan bahwa semua terasa berarti.
Perjalanan dilanjutkan kepuncak merapi,, kami mendaki lagi, yups, kali ini tak ada pepohonan lagi, sejauh mata memandang, hanya terlihat seperti bukit berbatu.
dicadas
pemandangan dari cadas
Sesampai diatas, rasanya saya berada ditempat yang sangat asing sekali bagi saya, hamparan pemandangan dimerapi, kawah merapi, bau belerang mulai menusuk hidung, kami terus berjalan, angin bertiup dgn sangat kencang,,kami melanjutkan perjalanan, entah kenapa saya juga merasa seperti dipadang pasir. Keindahan itu kembali membuat saya begitu terpesona, sekarang saya berada mendekati puncak, yaitu puncak merpati, pemandang dibawah begitu menakjubkan, bahkan danau singkarak terlihat begitu cantik,,
kawah mati
danau singkarak
kawah dimerapi
yg cewek2 foto dulu..

Angin bertiup benar-benar sangat kencang, lebih dari berdiri didepan kipas angin dengan kekuatan maksimal. Kami terus berjalan, kira-kira 20 menit lagi sampai dipuncak merpati, saya, mbak wara, pipay, aldo, puja, pipi kami berjalan menuju puncak merpati, harus hati-hati. Sesampai diatas, kami bisa melihat taman edelweiss,indaaahhh, teman-teman yang tadi udah duluan sampai puncak melanjutkan perjalanan ketaman, saya sebenarnya juga ingi ketaman, tapi taman hanya terlihat dekat, padahal masih lumayan jauh, teman-teman yang udah separuh jalan menuju taman terlihat seperti semut-semut yang berjejer rapi,, waa,, saya mungkin belum sanggup untuk ketaman.


sebelum kepuncak merpati


puncak merpati

dipuncak merpati latar taman edelweis

taman edelweis dilihat dari puncak merpati


edelweis
Sambil menunggu teman-teman ke taman, saya, mbak wara, pipay, pipi, dan aldo berjalan turun dari puncak merpati, kira-kira 20 menit berjalan kami berhenti,,
Dari banyak mimpi yang saya punya, salah satu mimpi saya yaitu sholat dhuha dipuncak merapi, lalu, setelah bertayamum, saya, pipi, dan mbak wara melaksanakan sholat dhuha, angin bertiup sangat kencaaang. Sebuah kalimat yang sempat saya baca waktu disalah satu buku ketika saya berada disari anggrek,maaf saya lupa itu karangan siapa.
“apabila kita ingin lebih dekat mengenal kebesaran Allah, kunjungilah tempat-tempat istimewa yang bisa membuat kita tidak berhenti bertasbih, bertahmid kepada-Nya.”
Saya pikir mendaki merapi salah satu tempat itu. Subhanallah,, sungguh sangat, sangat indah.
Lalu Aldo mengajak kami untuk tetap bisa melihat edelweis dari dekat ditempat yang terjangkau,, hehehe…
Tetap saja indah, saya dan mbak wara juga sempat tadarusan,,ini semua sungguh luar biasaa…
Lama kami menunggu, kami memutuskan untuk turun, matahari sudah semakin meninggi,, kami menunggu teman-teman dicadas, bahkan sambil bernyanyi, sesekali tertawa dan kembali bernyanyi. Lagu favorit saya…
“ranah minang…
Ranah nan den cintooo…
Pusako bundo nan dahulunyo,,
Rumah gadang,,
Nan sambilan ruang,,
Rangkiang baririk sakuliliangnyo,,
Bilo den kana, hati den taibo, taibo,,
Tabayang-bayang diruang mato..”
Sebenarnya saya ngak terlalu hafal lagunya, tapi saya suka,, hehe..
Mimpi saya selanjutnya “menyanyikan lagu ini dirantau,,”
“bermimpilah, maka tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” arai di sang pemimpi karangan andrea hirata,,saya suka kata-kata ini,, apalagi setelah menonton jejak-jejak danang, dengan menuliskan 100 mimpi, dan berusaha membuat mimpi-mimpi itu jadi nyata..
Tiba-tiba rintik-rintik butiran air jatuh dari langit,, waa,, gerimis, tapi teman-teman yang ditunggu belum juga terlihat,, akhirnya kami memutuskan untuk menuruni cadas, saya, pipi, dan mbak wara berjalan berdekatan, pipay dan aldo,,menuruni cadas yang jika tidak hati-hati sangat berakibat fatal, semua nya bebatuan, sebenarnya sedikit membuat hormone adrenalin saya meningkat, tapi kami coba relaks dgn bernyanyi,, nyanyi apapun yg penting relaks,,
Sesampai dibawah, kami melihat teman-teman yang lain turun dari cadas,,waa,,senang rasanya,,lalu kami berkumpul ditenda, membereskan disekitar tenda,, sempat berfoto bersama, lalu melanjutkan untuk turun.
foto dulu sebelum pulang, ini pipay yg fotoin
Ternyata setelah mendaki, menurun juga bukan hal yang mudah, lutut terasa sedikit nyeri, jalan yang menurun mengharuskan untuk menopang tubuh, kekuatan kaki sangat diandalkan, tapi sedikit tips untuk turun, amati medan dan berlari-lari kecil itu lebih ampuh mengurangi nyeri dilutut.
Sesampainya dibawah, kami sempat mengisi persediaan air,saat diatas saya sempat ngobrol sama danny, “jika sampai dibawah apa yang sangat diharapkan?” jawabannya “minum sepuasnya”. Kami minum sepuasnya, air terasa sangat segar sekali.
Lalu melanjutkan perjalan, kemudian menaiki angkot yang telah menunggu, dan kami sampai dikampus,,kembali ke kost masing-masing.
Perjalanan yang sangat berkesan, semoga akan banyak lagi mimpi-mimpi itu yang terwujud,,aamiin… J

terimakasih untuk foto-foto dari teman-teman,, mbak wara izin share fotonya juga yaa,,

Bukittinggi, 6-7 Juni 2013
dari pameran merapi-singgalang ke puncak merpati (dimerapi)

14 komentar:

  1. Bundo sudah mengikuti foto-fotonya di FB,
    dan membaca laporan perjalanan 'ii ini sungguh bikin merinding.
    Subhanallah.. Alhamdulillah sebuah tahap penaklukan diri sudah dilakukan.

    selamat buat ii dan teman2..!

    BalasHapus
  2. hehehe,,iya bundo krn libur jadi teman2 tak sempat sharing fotonya,jadi di fb aja,,hehehe...
    terimaksih bundo,,benar bundo bukan tingginya merapi tapi diri kita sendiri..

    BalasHapus
  3. adelwis... i love you... hehehe

    BalasHapus
  4. luar biasa, sebuah cerita dari kisah nyata paduan kata yg dinikmati dahulu sebelum digunakan,, semoga jadi penulis yang sukses alriri.. aminnn...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasi alrizki,, hahhaa...
      aamiin,, semoga ini adl proses pembelajaran ki,,

      Hapus
  5. Mantab i.. :)
    Ayo kita jemput hati pipi yang tertinggal dimerapi.. :)

    Bundo mau ikutan perjalanan merapi brikutnya ngga???
    Kita pasti akan sangat senang kalau bundo bisa ikut juga menikmati indahnya sunset n sunrise di puncak merpati..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehhe,,, makasi mbak, makasi untuk semangat nulisnya mbak,, :)
      hahha,, jejak langkah yg tertinggal dimerapi mbak,,
      hmm,, coba kita tanya bundo juga ya mbak, heheh...

      Hapus
  6. Assalammualaikum wwb..
    Ada ngga teman2 kamu yang bisa jadi guide kami untuk ke Merapi? Kira2 berapa biayanya? Saya lagi nyari guide untuk ke Merapi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam mas, ada mas, teman saya tersebut biasanya memang sudah lama menjadi guide, biayanya mgkn bisa saya tanyakan dulu. kapan kira2 rencana ke merapi nya mas?

      Hapus
    2. waalaikumsalam mas, ada mas, teman saya tersebut biasanya memang sudah lama menjadi guide, biayanya mgkn bisa saya tanyakan dulu. kapan kira2 rencana ke merapi nya mas?

      Hapus
  7. uni.. boleh minta nmr kontak temen yg bisa nge guide ke marapi?? sekalian ke singgalang rencananya.. makasih..

    BalasHapus
  8. Yg di bukiktinggi bukanyo MARAPI ya? Merapi tu bukannyo di jokja?

    BalasHapus
  9. Selamat malam bossku semua...
    Kamu Sering Kalah Main Judi?
    Sudah Tidak Jaman Lagi Kalah Main Judi
    Kami Hadir Dengan Inovasi Terbaru & Tercangih, Dengan Jackpot Yang Super Pasti & Gampang Untuk Menang Terus Di Setiap Hari .
    Transaksi Cepat, Aman & Terpercaya.
    Tersedia 7 Games Dalam 1 User ID :
    New Game ------>> GAME SAKONG
    Poker, Domino, Bandar Ceme, Capsa, Ceme Keliling, dan Live Poker
    Minimal Deposit Rp.15.000,-
    Minimal Withdraw Rp.15.000,-
    Promo Bonus Harian + Mingguan + Bulanan :
    - Bonus Deposit
    - Bonus Turn Over Harian 0.5%
    - Bonus Refferal 10% + 10%
    Untuk Informasi Lebih Lanjut Segera Hubungi CS Kami 24 Jam : www,royalqq,poker

    BalasHapus