Khilaf, Benci dan Cinta
Kata Asy Syafi’I
“aku mencintai orang-orang sholeh
Begitu katanya, diiringi titik air mata
“meski aku bukanlah bagian dari mereka
Dan aku membenci para
pemaksiatNya
Meskipun aku tak berbeda dengan mereka”
Ya, mungkin dia benar
Tapi dalam tiap ukhuwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
Aku ingin meloncat kehakikat yang lebih tinggi
Karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
Memiliki sisi kelam
Yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
Maka cukuplah bagiku memandang sang bulan
Pada sisi cantik yang menghadap kebumi
Tentu, tanpa kehilangan semangat
Untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
Gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
Sebagaimana sang rembulan
Yang terkadang harus menggerhanai matahari
-Dalam Dekapan Ukhuwah, Salim A. Fillah
Berada diantara orang-orang sholeh seringkali
membuat aku merasa tidak pantas, tidak pantas untuk menjadi bagian dari mereka.
Aku bercermin kedalam diriku, ah, hanya tertunduk
malu, malu dengan semua jejak langkahku, begitu banyak kekurangan dan
keburukan-keburukan yang Allah tutupi, Allah selalu berbaik hati. Seorang sahabat
berkata, “apapun jejak langkah keburukan kita, kita harus bersyukur kepada
Allah, karena Allah memberikan hidayahNya untuk kita, hingga kita menjadi kita
yang sekarang, Allah memberi kesempatan kita untuk berproses menjadi lebih baik.
Setiap orang punya jejak langkah masa lalu, setiap orang punya kekurangan dan
keburukan, namun juga kelebihan dan kebaikan karena kita manusia biasa, bukan
malaikat yang sedang rehat dibumi”.
Allah sungguh dengan sangat lembut mengingatkanku
yang masih saja lalai dalam mengingatNya.
aku yang masih saja sibuk dengan dunia yang penuh fatamorgana.
Ingat, akhirat tujuan kita.
Berada diantara orang-orang yang selalu mengingatkan
dalam kebaikan, saling mengingatkan dalam kehidupan yang sebenarnya. Sungguh sangat-sangat
ku rindu.
Aku rindu berada dilingkaran itu.
lingkaran yang meneguhkan hatiku, membuatku kembali berpikir ulang tentang
banyak hal. Lingkaran yang membuatku malu, malu pada diriku sendiri, yang
begitu jauh dari baik tapi Allah selalu berbaik hati padaku. Bahkan Allah
memberikan aku petunjuk hingga aku berada dijalan ini.
Lihatlah, Allah masih memberikanku kesempatan waktu
Aku rindu, ya aku rindu lingkaran yang saling
mengingatkan, lingkaran yang begitu tulus tanpa ada senyum kepalsuan, lingkaran
yang menentramkan, lingkaran yang malaikatpun ikut mendoakan. Semoga Allah
saling mengikatkan hati kita dalam Rabithah
Semoga kita semua yang memang pelupa, selalu belajar
untuk mengingat bahwa suatu waktu kita datang kedunia ini, dan disuatu waktu
kita pasti akan kembali.
Tak perlu usia tua atau sakit yang menimpa menjadi penyebab kita berpulang
padaNya.
Imam Al-Ghazali bertanya, apa yang paling jauh? Jawabnya waktu yang telah
berlalu, apa yang paling dekat? Jawabnya adalah kematian.
Orang yang beruntung adalah orang yang sering
mengingat-ingat tentang kematian.Mengingat-ingat kematian dan tak lupa mempersiapkan
bekal untuk kehidupan yang sebenarnya disana.
Semoga kita adalah orang yang beruntung yang akan
Allah panggil sebagai jiwa-jiwa yang tenang yang berpulang. Aamiin..
-Padang, 3 januari 2015
Mengingatkanmu yang masih saja lalai Ri..