Sabtu, 26 Januari 2013

Muhammad SAW. Lelaki Penggenggam Hujan

Alhamdulillah, saya berkesempatan untuk membaca sebuah buku karangan Tasaro GK. Sebuah novel biografi Muhammad SAW. Saya berfikir, bagaimana sebuah novel bisa mengungkapkan sebuah kisah yang akurat tentang Rasulullah? Tapi saya mencoba untuk tetap menyimpan pertanyaan itu hingga saya bersyukur saya bisa punya kesempatan untuk membacanya.
      Saya membuka halaman awal dari novel itu.
Kededikasikan buku ini segenap hati
Untuk perempuan berbalung baja
Umi Dariyah
Engkau pernah begitu khawatir
Ketika aku memulai proyek ini.
”bahaya Le. Bagaimana kalau kamu dicerca orang-orang?” tanyamu.
Ku jawab hari ini, “Ibu, jika kelak ada orang yang salah paham dengan terbitnya buku ini, aku yakin itu terjadi karena mereka mencintai Kanjeng Rasul. Dan percayalah Ibu, aku menulis buku ini disebabkan alasan yang sama.”
Kata-kata Tasaro GK untuk ibunya sontak menyentuh hati saya. semakin membuat saya tak sabar untuk memulai membacanya.
Dan juga kata-kata tasaro GK untuk Senandika Himada,
Kelak engkau dewasa, jangan pernah mengatakan bapakmu tidak pernah mengenalkanmu dengan Rasulullah. Sebab, buku ini kutulis untuk engkau baca kelak. Bahkan kunamai dirimu dengan namanya. I love u, son.
Saya memulai untuk membacanya dengan sebuah tanda tanya tapi juga ada sebuah perasaan yang menyentuh hati saya.
Awal membacanya saya sedikit sulit untuk memahaminya, saya harus berkonsentrasi penuh, beda dengan novel-novel yang sebelumnya saya baca.
Tempat-tempat yang asing bagi saya, Pinggir kota Isfahan, Persia. Danau Zhaling, kaki gunung Anyemaqen, Tibet. Tengah Gurun, sebelah barat laut merah, Mesir. Pengunjung musim kemarau, lembah Narmada, India. Pelabuhan Barus nusantara. Malam separuh gulita, bukit Tsur, Makkah.
Saya berkenalan dengan tokoh didalam novel itu, Kashva, siapa kashva?
Sejalan dengan cerita Kashva juga menceritakan tentang dirimu ya Rasulullah. Sebuah teknik yang sangat cantik, sejalan saya penasaran dengan cerita Kashva, saya membaca perjalanan tentang perjuanganmu, dua buah kisah yang terpisah tapi bermuara pada titik yang sama. Kashva dengan begitu banyak pengorbanan serta lelahnya perjalanan yang harus dilaluinya untuk menemukan dan mengartikan tentang kedatangan seseorang yang sangat mulia yang dinantikan oleh semua umat manusia. Lelaki yang kelahirannya telah diramalkan dalam gulungan-gulungan perkamen kuno?
Kisah Kashva sangat menguras emosi saya, saya pikir cerita yang sederhana, tapi tiba-tiba pada halaman 301 sampai 310 Rahasia Yim, bagai sebuah hentakan, saya terisak, sulit untuk berhenti. Sungguh sangat diluar dugaan saya.
Yim, Raja Khosrou, Astu, Parkhida Marsya, Xerses, Ruzabah, Guru kore, Gali, Vakshur. Kenalilah mereka, maka kamu akan berkelana bersama Kashva.
Tapi buku ini seperti sebuah hentakan bagi saya, perjuangan Kashva yang merindukan lelaki penggenggam hujan. Saya bertanya apa maksud dari lelaki penggenggam hujan? Hmm.. temukan sendiri jawabannya. Tentang perjuangan mu ya Rasulullah dari tanah Arab, yang tidak ada minat untuk menaklukkannya karena sangat tak berprikemanusiaan. Sampai pada sebuah kedamaian atas kemenangan mu dalam menegakkan kebenaran “aku bersaksi tidak ada tuhan selain ALLAH dan Muhammad SAW adalah utusan ALLAH”.
“Alangkah hari ini banyak keajaiban. Berhala-berhala tidak hanya roboh dari sekeliling Ka’bah, tetapi juga rontok dari hati sebagian besar penduduk Makkah. Mereka telah menyaksikan dirimu sebagai manusia biasa dan memahamimu segala pencapaianmu hanya mungkin dilakukan atas bimbingan Tuhan yang Mahakuasa. Kenabianmu tak terbantahkan dimata mereka. Dalam benak mereka. Maka runtuhlah berhala-berhala itu dari setiap sudut kota dan hati mereka.” (hal 258)
Ya Rasulullah, kisah orang-orang disekelilingmu sungguh sangat menyentuh, paman mu Hamzah, paman mu Abu Thalib, Ali bin Abi Thalib. Abu bakar, umar bin khatab, Fathimah, Aisyah, dan masih banyak lagi yang sejujurnya, hanya sedikit yang saya tahu mengenai mereka. Bahkan sangat-sangat sedikit sekali.
Hentakan itu, kemana saja saya selama ini? Kenapa tak pernah mencoba untuk mencari jalan mengenal mu ya Rasulullah?
Seperti itukah yang juga teman-teman rasakan? Beribu jarak kita dari Rasulullah apakah juga akan membuat kita tak lagi mengenali Rasulullah, semoga kita sama-sama untuk mencoba mengenali rasulullah melalui bacaan-bacaan tentang Rasulullah serta belajar dari orang-orang disekitar kita yang lebih tahu tentang Rasulullah. semoga kita mampu mencintai Rasulullah serta juga menjadikan Rasululah sebagai suri tauladan.
Terimakasih untuk teman-teman Liqo’ yang tak pernah menyerah untuk saling mengingatkan pada kebaikan. terutama buat kak Ika, selalu bisa memotivasi kami semua, melalui kakak, semoga hidayah itu menyusup indah kedalam hati kami kak (ini gara-gara udah sebulan lebih libur, jadi kangen,hehehe).
Terimakasih untuk bang Erick, atas pinjaman bukunya, semoga buku kedua juga bisa i baca bang, aamiin..
Semoga tulisan ini bisa membuat teman-teman penasaran juga. Dan berusaha mencari bukunya, serta membacanya. Semoga bermanfaat. Aamiin.

Rabu, 16 Januari 2013

Ruang Rindu



Setiap mendengar kata-kata cinta sesuatu yang memang selalu menarik,,
baik cinta dalam artian yang luas dan dalam artian sempit,, hehhhehe…
Lagu ini salah satu lagu yang bisa mewakili bagaimana saat hati saya bertanya-tanya,, rasa ini apa artinya???Kok bisa???
“Dan aku mulai takut terbawa cinta, menghirup rindu yang sesakkan dada”
“kupegang erat dan kuhalangi waktu, tak urung jua kulihat dia pergi”
“ku saat itu takut mencari makna, tumbuhkan rasa yang sesakkan dada”
“kau datang dan pergi oh,  begitu saja semua kuterima apa adanya, mata terpejam dan hati bergumam diruang rindu kita bertemu”

Ya ALLAh, engkau yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku dijalanMu.
Aamiin…

Ruang Rindu..
Didaun yang ikut mengalir lembut
Terbawa sungai ke ujung mata
dan aku mulai takut terbawa cinta
menghirup rindu yang sesakkan dada
jalanku hampa dan kusentuh dia
terasa hangat oh didalam hati
kupegang erat dan kuhalangi waktu
tak urung jua kulihat dia pergi
tak pernah kuragu dan slalu kuingat
kerlingan matamu dan sentuhan hangat
ku saat itu takut mencari makna
tumbuhkan rasa yang sesakkan dada
kau datang dan pergi oh begitu saja
semua kutrima apa adanya
mata terpejam dan hati menggumam
di ruang rindu kita bertemu
Letto-Ruang Rindu.


Jumat, 11 Januari 2013

pameran seni rupa Marapi Singgalang, nagari aie angek



Liburan ini saya lewatkan dengan baik,, walaupun tidak kemana-mana tapi beberapa bacaan yang dari dulu sangat ingin saya baca dapat terlaksana. Hehehhe… :D
serasa memasuki dimensi lain, berkunjung kesebuah kehidupan yang dijalani oleh seseorang yang tidak saya kenal, saya berkenalan dengannya merasakan isi hatinya, dan juga berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya. Jalan-jalan bersamanya. Ikut tertawa saat ia bahagia, Bahkan ikut meneteskan air mata saat ia terluka. Hmmm… begitulah menurut saya betapa hebatnya memasuki sebuah bacaan,,
Albert Einstein benar “imajinasi itu penting” hehehe…
Tapi ada hal lain yang saya rasakan, sederhana tapi membuat saya begitu ingin menuliskannya kembali. Hmm… seperti itukah sebuah rasa? Saat terlalu sedih dan terluka kamu bisa melupakannya dengan lebih cepat. Tapi… sesuatu yang sederhana justru hal yang selalu tersimpan rapi dimemorimu, dan hal yang tak pernah kamu lupakan,, hmm… entahlah…
Saya mencoba menghadirkan kembali kenangan ditengah derasnya hujan diantara perjalan Bukittinggi – nagari aie angek. Perjalanan ini sebenarnya diawali oleh ajakan Intan, pipi, dan yossi. Untuk menghadiri sebuah pameran seni di nagari aie angek. (hehehe,, sok-sok an menghadiri, mungkin lebih tepatnya, menyaksikan) tapi yossi tidak bisa ikut. :( sedih, yossi tidak bisa ikut.
Setelah melaksanakan sholat zuhur dimesjid yang berada di jambu aia, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, rintik-rintik hujan mulai menyapa. Ditengah perjalanan hujan turun dengan sangat deras sekali. Saya menatap keluar tapi tak ada yang terlihat jelas karena tertutupi derasnya air hujan yang turun, didalam hati saya berdoa, semoga semua baik-baik saja.
Perjalanan ini begitu sederhana tapi juga berkesan bagi saya, memasuki rumah puisi Taufiq Ismail, ada ribuan buku disana, bertemu lagi dengan pak Subhan beliau yang dulu pernah menjadi pembicara di seminar yang diadakan LiBKo (Lingkaran Blogger Pusako) beliau penulis novel Rinai Kabut Singgalang. Lalu melanjutkan sholat lalu kami makan siang diMusholla yang didepan Musholla tersebut sebuah puisi terpajang dengan sangat baik “sajadah panjang” hmm… puisi itu sangat familiar, diluar hujan masih turun dgn sangat deras,, lalu kami melanjutkan ke Rumah budaya Fadli Zon, karena acara berlangsung disana.
Beberapa karya sangat menarik perhatian saya, banyak sekaliiii…
acara pembukaan pameran secara semi formal saja, berdiri membentuk lingkaran. Didepan saya ada bapak fadli zon, bapak Taufiq Ismail, bapak subhan, seorang Kurator bernama Dio pamola (hehehe,, saya tahu nama uda Dio setelah sempat berkenalan dengannya). Serta beberapa penulis-penulis lainnya.
Pembukaan yang sederhana, tapi sangat berkesan, beberapa wartawan sibuk mengabadikan moment itu, tidak ketinggalan juga seorang bule yang ikut memotret serta pengunjung yang lain. tapi ada hal yang terbersit dipikiran saya, begitu hebatnya jika berbicara tentang sebuah kesempatan, saya sangat senang sekali bisa berkesempatan berdiri tepat dihadapan bapak Taufiq Ismail, yaa,, tepat berdiri dihadapan beliau, mendengarkan kata-kata beliau, bercerita tentang puisi beliau yang berjudul “Dua Gunung Berbicara Padaku”. Benar, sebuah puisi adalah salah satu tempat yang mampu mendengarkan melebihi siapapun. Saya sangat cinta puisi.
Saya, pipi, dan Intan sibuk dengan fokus masing-masing. Tapi kami sempat berkenalan dengan beberapa orang disana, dengan Dilla, serta ayahnya bapak Kamal Guci salah satu pelukis yang ikut berpartisipasi diacara pameran itu. Meminta tanda tangan bapak Kamal Guci serta berfoto bersama beliau didepan lukisan beliau, “kenang-kenangan pak” lirihku,, hehehe…
Juga dengan kak Tia, dia dari UNP juga, jurusan bahasa Indonesia.
Saya melihat bapak taufiq Ismail, bapak Subhan serta bapak Fadli Zon, berbincang-bincang dengan beberapa tamu yang datang, beliau memuji sebuah karya, tapi saya salud dengan seniman itu, bapak Harnimal, beliau menanggapi pujian itu dengan sederhana. Begitu juga dengan karya-karya lainnya, sangat bagus, tapi seniman-seniman tersebut menanggapi dengan sederhana. Sebuah pelajaran berharga yang tidak akan pernah saya lupakan. Kami sempat berkenalan dengan beberapa seniman, seperti bapak Kamal Guci, bapak Harnimal, Bapak Iswandi (yang ternyata juga teman papa pipi saat masih sekolah di SMKN 4 Padang), Uda Fariko Edwardi(kami sempat berdiskusi juga dengan Uda fariko bahkan uda fariko sempat menolong beberapa tamu untuk mengambilkan foto mereka,hhehehe) Uda Dio Pamola (ternyata Uda Dio adalah Kurator dan lulusan UNP juga jurusan seni rupa, dan melanjutkan ke ISI jogja) . Semua orang sangat bersahabat. Berbincang-bincang secara singkat tapi sangat berkesan. Banyak hal yang ingin saya ketahui dan banyak orang yang ingin saya kenal, tapi waktu sangat terbatas.
sebelum pulang kami sempat berbincang-bincang dengan bule yang tadi sibuk memotret, seorang laki-laki yang kira-kira berumur 35 tahun, beliau berwarga Negara Belanda, kemudian juga berkenalan dengan istri beliau yang ternyata keturunan Indonesia, tapi sudah lama tinggal di Belanda, dan anak mereka Zapp, anak laki-laki yang berumur kira-kira 10 tahun yang mudah akrab dengan kami. Bapak tersebut beberapa kali mengungkapkan kekagumannya pada Indonesia. Lalu sempat berpesan kepada kami “Life your Live”,, yups benar,, hidupkan hidupmu. yups, banyak hal dari kehidupan ini yang bisa kita pahami dari perspektif yang berbeda.
Perjalanan pulang kami ditutup dengan berdiskusi dibelakang mobil bak terbuka yang kami tumpangi. Indahnya pemandangan, serta kata-kata yang begitu bermakna tentang kehidupan, Intan, Pipi. terimakasih,,



Perjalanan sederhana yang tak kan pernah saya lupakan. Yang juga menginspirasi saya untuk membuat sebuah cerpen yang berjudul “ars Longa Vita Brevis” saya izin copas beberapa tulisan uda Dio Pamola.
mohon maaf kalau ada kekeliruan penulisan nama dan tempat. hehehe,,
Pameran seni rupa MARAPI SINGGALANG.
Nagari Aie Angek, 23 Desember 2012.