Liburan ini
saya lewatkan dengan baik,, walaupun tidak kemana-mana tapi beberapa bacaan
yang dari dulu sangat ingin saya baca dapat terlaksana. Hehehhe… :D
serasa memasuki
dimensi lain, berkunjung kesebuah kehidupan yang dijalani oleh seseorang yang
tidak saya kenal, saya berkenalan dengannya merasakan isi hatinya, dan juga
berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya. Jalan-jalan bersamanya. Ikut tertawa
saat ia bahagia, Bahkan ikut meneteskan air mata saat ia terluka. Hmmm… begitulah
menurut saya betapa hebatnya memasuki sebuah bacaan,,
Albert Einstein
benar “imajinasi itu penting” hehehe…
Tapi ada hal
lain yang saya rasakan, sederhana tapi membuat saya begitu ingin menuliskannya
kembali. Hmm… seperti itukah sebuah rasa? Saat terlalu sedih dan terluka kamu
bisa melupakannya dengan lebih cepat. Tapi… sesuatu yang sederhana justru hal
yang selalu tersimpan rapi dimemorimu, dan hal yang tak pernah kamu lupakan,,
hmm… entahlah…
Saya mencoba
menghadirkan kembali kenangan ditengah derasnya hujan diantara perjalan
Bukittinggi – nagari aie angek. Perjalanan ini sebenarnya diawali oleh ajakan
Intan, pipi, dan yossi. Untuk menghadiri sebuah pameran seni di nagari aie
angek. (hehehe,, sok-sok an menghadiri, mungkin lebih tepatnya, menyaksikan)
tapi yossi tidak bisa ikut. :( sedih, yossi
tidak bisa ikut.
Setelah melaksanakan
sholat zuhur dimesjid yang berada di jambu aia, kami memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan, rintik-rintik hujan mulai menyapa. Ditengah perjalanan
hujan turun dengan sangat deras sekali. Saya menatap keluar tapi tak ada yang
terlihat jelas karena tertutupi derasnya air hujan yang turun, didalam hati
saya berdoa, semoga semua baik-baik saja.
Perjalanan ini begitu
sederhana tapi juga berkesan bagi saya, memasuki rumah puisi Taufiq Ismail, ada
ribuan buku disana, bertemu lagi dengan pak Subhan beliau yang dulu pernah
menjadi pembicara di seminar yang diadakan LiBKo (Lingkaran Blogger Pusako)
beliau penulis novel Rinai Kabut Singgalang. Lalu melanjutkan sholat lalu kami
makan siang diMusholla yang didepan Musholla tersebut sebuah puisi terpajang
dengan sangat baik “sajadah panjang” hmm… puisi itu sangat familiar, diluar hujan masih turun dgn
sangat deras,, lalu kami melanjutkan ke Rumah budaya Fadli Zon, karena acara
berlangsung disana.
Beberapa karya
sangat menarik perhatian saya, banyak sekaliiii…
acara pembukaan pameran secara semi formal saja, berdiri membentuk lingkaran. Didepan saya ada bapak fadli zon, bapak Taufiq Ismail, bapak subhan, seorang Kurator bernama Dio pamola (hehehe,, saya tahu nama uda Dio setelah sempat berkenalan dengannya). Serta beberapa penulis-penulis lainnya.
acara pembukaan pameran secara semi formal saja, berdiri membentuk lingkaran. Didepan saya ada bapak fadli zon, bapak Taufiq Ismail, bapak subhan, seorang Kurator bernama Dio pamola (hehehe,, saya tahu nama uda Dio setelah sempat berkenalan dengannya). Serta beberapa penulis-penulis lainnya.
Pembukaan yang
sederhana, tapi sangat berkesan, beberapa wartawan sibuk mengabadikan moment
itu, tidak ketinggalan juga seorang bule yang ikut memotret serta pengunjung
yang lain. tapi ada hal yang terbersit dipikiran saya, begitu hebatnya jika
berbicara tentang sebuah kesempatan, saya sangat senang sekali bisa berkesempatan
berdiri tepat dihadapan bapak Taufiq Ismail, yaa,, tepat berdiri dihadapan
beliau, mendengarkan kata-kata beliau, bercerita tentang puisi beliau yang
berjudul “Dua Gunung Berbicara Padaku”. Benar, sebuah puisi adalah salah satu
tempat yang mampu mendengarkan melebihi siapapun. Saya sangat cinta puisi.
Saya, pipi, dan
Intan sibuk dengan fokus masing-masing. Tapi kami sempat berkenalan dengan
beberapa orang disana, dengan Dilla, serta ayahnya bapak Kamal Guci salah satu
pelukis yang ikut berpartisipasi diacara pameran itu. Meminta tanda tangan
bapak Kamal Guci serta berfoto bersama beliau didepan lukisan beliau, “kenang-kenangan
pak” lirihku,, hehehe…
Juga dengan kak
Tia, dia dari UNP juga, jurusan bahasa Indonesia.
Saya melihat
bapak taufiq Ismail, bapak Subhan serta bapak Fadli Zon, berbincang-bincang dengan
beberapa tamu yang datang, beliau memuji sebuah karya, tapi saya salud dengan
seniman itu, bapak Harnimal, beliau menanggapi pujian itu dengan sederhana. Begitu
juga dengan karya-karya lainnya, sangat bagus, tapi seniman-seniman tersebut
menanggapi dengan sederhana. Sebuah pelajaran berharga yang tidak akan pernah
saya lupakan. Kami sempat berkenalan dengan beberapa seniman, seperti bapak
Kamal Guci, bapak Harnimal, Bapak Iswandi (yang ternyata juga teman papa pipi
saat masih sekolah di SMKN 4 Padang), Uda Fariko Edwardi(kami sempat berdiskusi juga dengan Uda fariko bahkan uda fariko sempat menolong beberapa tamu untuk mengambilkan foto mereka,hhehehe) Uda Dio Pamola
(ternyata Uda Dio adalah Kurator dan lulusan UNP juga jurusan seni rupa, dan
melanjutkan ke ISI jogja) . Semua orang sangat bersahabat. Berbincang-bincang
secara singkat tapi sangat berkesan. Banyak hal yang ingin saya ketahui dan
banyak orang yang ingin saya kenal, tapi waktu sangat terbatas.
sebelum pulang
kami sempat berbincang-bincang dengan bule yang tadi sibuk memotret, seorang
laki-laki yang kira-kira berumur 35 tahun, beliau berwarga Negara Belanda,
kemudian juga berkenalan dengan istri beliau yang ternyata keturunan Indonesia,
tapi sudah lama tinggal di Belanda, dan anak mereka Zapp, anak laki-laki yang
berumur kira-kira 10 tahun yang mudah akrab dengan kami. Bapak tersebut
beberapa kali mengungkapkan kekagumannya pada Indonesia. Lalu sempat berpesan
kepada kami “Life your Live”,, yups benar,, hidupkan hidupmu. yups, banyak hal
dari kehidupan ini yang bisa kita pahami dari perspektif yang berbeda.
Perjalanan pulang
kami ditutup dengan berdiskusi dibelakang mobil bak terbuka yang kami tumpangi.
Indahnya pemandangan, serta kata-kata yang begitu bermakna tentang kehidupan,
Intan, Pipi. terimakasih,,
Perjalanan sederhana
yang tak kan pernah saya lupakan. Yang juga menginspirasi saya untuk membuat
sebuah cerpen yang berjudul “ars Longa Vita Brevis” saya izin copas beberapa tulisan uda Dio Pamola.
mohon maaf kalau ada kekeliruan penulisan nama dan tempat. hehehe,,
Pameran seni
rupa MARAPI SINGGALANG.
Nagari Aie
Angek, 23 Desember 2012.
Waaaah... kak riri beruntung bisa datang ke pamerannya lhaaa...
BalasHapusIriiii... :'(
ada lagi tu kak??
selama liburan kemaren Fadly cuma banyak duduk dirumah aja kak...
hehhe,, alhamdulillah Fadly,, kak juga diajak,,
BalasHapusiyaaa... itu maksud "kesempatan" itu Fadly, kak benar-benar beruntung yaa.. :)
hmm.. kurang tau juga kak Fadly, katanya yg ditaman budaya,Padang sama yang di Padang Panjang tapi udah lewat atau masih ada yaa?? hehhehe,, ngak tau juga kak,,
waahh.. kak ririii, aku jadi pengen ikuuttt
BalasHapushahhahaaa,,, ayooo,, ayoo dek,, :)
BalasHapushuft,, kakak :P
waaaaaaaahhhh...
BalasHapuspengen jugaaaaaaa.....
Ngiri,,,
masi ada waktu dan masi ada kesempatan, meski ngga sempat merasakan secara langsung, tulisan ini sudah mewakili. yaaaaahhhh... walupun kulit2 nya aja... hehehehe
hhehhee,,, iyaa mbak,, insya allah akan ada petualangan selanjutnyaa :)
BalasHapusiyaa mbak mencoba mewakili melalui tulisan ini :)
hehehehh assyekkkkk ..hikk--hikk aku juga mau liat pamerannyaaa...
BalasHapuscepat-cepat di riliss cerpenya ya iii....sukses selalu buat ii....cahyooooo
hehhehe,,,iya may,, makasi yaa,, :) siips,, semangat menulis,,sampe ketemu diruang makan :)
BalasHapuskeren tulisan lu i.... :)
BalasHapusmakasiiii dan :)
Hapus