Selasa, 17 September 2013

Hujan, (Hujan Bagiku)


Hujaaaaannn, hujaaaaannnn...
Hujan selalu setia menyapa disetiap langkahku menuju pulang, menemani dengan hangatnya senyuman, kau tau, aku pernah membenci hujan, walaupun hujan menyimpan rapi setiap kepingan kenangan, hujan sesuatu yang ku benci tapi kadang ku rindu tapi sekarang aku berusaha untuk tidak membenci hujan, karena setelah aku tau, makna bersyukur padaMU, disana ada banyak orang yang merindukan hujan, hujan dariMu. 
Ampuni hamba yang masih saja tak pandai bersyukur padaMu ya ALLAH.

Kerinduan (Semoga Tetap Merindu)


Aku ingin bertanya padamu kawan…
adakah yang membuatmu merasa jauh dariku?
apakah luapan emosi negatif membuat kita menyisakan goresan dihati?
tapi sejenak detik terhenti, kamu menghampiriku dan berkata “maafkan aku, aku tahu kamu takkan salah paham, itu bukan aku, semua hanya aku sedikit kesulitan dalam mengatasi stressor-stresor ini.”
adakah kau temukan aku bukanlah aku yang kau kenal dengan sangat baik, seperti dahulu?
apakah aku melangkah menjauhi posisimu?
atau mungkinkah kita berjalan melewati arah yang berbeda?
waktu memang tak pernah bisa berhenti kawan
dan apakah semua terlarut bersama waktu?
jika memang waktu bisa sembuhkan setiap luka, apakah waktu juga mampu mengubur semua?
aku hanya merasa, bukan terbawa dengan semua kenangan kita dulu, setidaknya begitu yang aku inginkan…
tapi… butiran-butiran bening itu membuatku tak mampu membohongi semua, sejujurnya aku merindukan kita yang dulu…
langit ini masih sama kawan, angin ini juga angin yang sama, hujan ini juga hujan yang sama,,jalan ini juga jalan yang sama,,hanya aku yang merasa semua sangat jauh berbeda kawan.
aku takut terlalu bahagia bersamamu dan aku takut menyimpan semua kenangan indah ini dengan terlalu rapi karena aku akan mati dan terbunuh dengan kerinduanku saat aku terjaga dan menyadari, kadang waktu tak hanya menyembuhkan setiap luka, tapi juga semua cerita kita terlarut bersamanya…
aku selalu berdoa semoga aku masih mempunyai kesempatan yang sama,menemui mu didimensi kerinduanku dan kerinduanmu tentang cerita kita.
tumpahkan kerinduanmu dibahuku dan kita terisak bersama menyadari bahwa kita benar-benar merindukan hal yang sama…

Cermin (memaknai kembali)


"Cermin" saya membaca sebuah catatan Fahd Djibran dibukunya curhat setan. Entahlah, apakah saya memaknainya dengan benar, tapi dari catatan itu ada hal yang tak terlupakan, ada hal yang bermakna, yaaa,, "ilmu tentang batas". Dia akan hadir seperti cermin, cerminan dari dirimu. 
kita seringkali bertanya-tanya "siapakah kau?" tapi sebenarnya dia disana juga sedang mempertanyakan hal yang sebenarnya sama "uak hakapais?" dan kita bertanya-tanya apa yang ada dibalik cermin itu? hmm, kenapa kita hanya bisa menatap cermin dalam diam, kenapa antara kita dan seseorang yang didalam cermin ada batas, bagaimana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar kita menembus batas itu? tapi, ketika kita memaksa untuk menembus batas, malah cermin itu menjadi pecah, bukan jawaban yang kita dapatkan tapi malah luka akibat pecahan cermin. 
yups, saya juga bukan malaikat yang bebas dari getaran-getaran hati, tapi dengan memahami makna "batas" semoga kita kembali memaknai dalam menyikapi luapan emosi, batas membuat kita belajar untuk memaknai, batas membuat kita tetap berdiri diposisi kita masing-masing, tetap menjadi sahabat yang baik, tetap dengan tawa dan cerita-cerita kita, seperti apa adanya. 
yaa,, tidak menembus batas, hingga kita tau, akan ada jawaban dariNya. yaaa,, seiring berjalannya waktu maka kita kan menemukan jawabannya, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, hingga ada syukur, bahwa dengan tetap berada diposisi kita masing-masing itu adalah yang terbaik, tidak ada luka, tidak ada hati yang pecah, dan tidak ada kehilangan dimensi untuk memaknai, walaupun terkadang ini terlalu mengejutkan dan saya berujar,, rencana ALLAH selalu sempurna.

Selasa, 03 September 2013

kesedihan terdalam

Ditumpukan tanah merah
Tatapan tersedihmu
Hanya bisa mendengarkanmu
Menyusun setiap kenangan
            Harum mawar masih segar
            Sesegar ingatanmu
            Dan hatiku bergetar
            Setiap kau mengucapkan
            “ibu, terlalu cepat bu..”
            Air mataku tertahan
            Jangan basahi lagi
Kita duduk disamping tumpukan tanah merah
Menekurkan kepala dan melafazkan doa

                              Padang, 16 Agustus 2013

*semoga kamu melewati detik kesedihan terdalammu dengan mendekatkan diri padaNya,, aku menyayangimu.