Selasa, 17 September 2013

Cermin (memaknai kembali)


"Cermin" saya membaca sebuah catatan Fahd Djibran dibukunya curhat setan. Entahlah, apakah saya memaknainya dengan benar, tapi dari catatan itu ada hal yang tak terlupakan, ada hal yang bermakna, yaaa,, "ilmu tentang batas". Dia akan hadir seperti cermin, cerminan dari dirimu. 
kita seringkali bertanya-tanya "siapakah kau?" tapi sebenarnya dia disana juga sedang mempertanyakan hal yang sebenarnya sama "uak hakapais?" dan kita bertanya-tanya apa yang ada dibalik cermin itu? hmm, kenapa kita hanya bisa menatap cermin dalam diam, kenapa antara kita dan seseorang yang didalam cermin ada batas, bagaimana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar kita menembus batas itu? tapi, ketika kita memaksa untuk menembus batas, malah cermin itu menjadi pecah, bukan jawaban yang kita dapatkan tapi malah luka akibat pecahan cermin. 
yups, saya juga bukan malaikat yang bebas dari getaran-getaran hati, tapi dengan memahami makna "batas" semoga kita kembali memaknai dalam menyikapi luapan emosi, batas membuat kita belajar untuk memaknai, batas membuat kita tetap berdiri diposisi kita masing-masing, tetap menjadi sahabat yang baik, tetap dengan tawa dan cerita-cerita kita, seperti apa adanya. 
yaa,, tidak menembus batas, hingga kita tau, akan ada jawaban dariNya. yaaa,, seiring berjalannya waktu maka kita kan menemukan jawabannya, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, hingga ada syukur, bahwa dengan tetap berada diposisi kita masing-masing itu adalah yang terbaik, tidak ada luka, tidak ada hati yang pecah, dan tidak ada kehilangan dimensi untuk memaknai, walaupun terkadang ini terlalu mengejutkan dan saya berujar,, rencana ALLAH selalu sempurna.

2 komentar:

  1. Posisi???
    Ntah lah...
    Mungkin ngga banyak yang bisa mengerti,.
    Cermin, pecah, luka,. Maka tinggalkan.
    Tak usah bercermin? Hah.. itu juga tidak mungkin.
    Ketika kita tidak bercermin, maka kita tak akan tau siapa kita bagaimana kita. Jika kita tidak tahu, maka kita tak akan bisa memperbaiki kerusakannya.
    Maka, lakukan hal yang tepat. Bukan hanya tepat menurut kita, tapi benar-benar tepat sesuai dengan jalannya, sesuai petunjuk yang telah ada.
    Namun, ntah mengapa, hati selalu berkilah, nurani selalu melawan. Ada hal-hal yang memang harus di penuhi pemenuhannya. Emmpppp...
    Bersabar, mungkin itu lebih baik.
    Tetap melakukan hal-hal yang bisa dilakukan, memaksimalkan potensi diri, memaknai.
    ya, lakukanlah semua hal yang bisa kita lakukan selagi itu baik dan tidak menganggu. Ntah itu mengganggu orang lain, lingkunga, maupun diri sendiri.
    Lakukan dan maksimalkan.!! :)

    BalasHapus
  2. yups mbak, saatnya memperbaiki diri,, bersabar lebih baik dan mengisi waktu dengan banyak kebaikan,,ada ribuan buku yang menanti untuk dibaca, ada banyak tempat2 indah yang akan dikunjungi, ada banyak nasehat yang harus kita dengar dan pahami, ada banyak kisah rasulullah yang belum kita tahu, ada banyak ilmu yang harus kita pelajari :)

    BalasHapus