Sabtu, 13 Juli 2013

Sederhana Memaknai


Kau hanya menatap hijaunya daun disekelilingmu, sesekali angin menerpa wajahmu…
Ada salam yang kau sampaikan pada biru langit,,
“hmm,, andai aku bisa menitipkan sesederhana senyum diwajahnya”
“Tapi tetap saja aku tak bisa sesempurna mentari dimatanya, aku tak bisa sesegar air yang mengaliri disetiap sela-sela amarahnya.”
“Apakah memang begitu? Saat jauh kaki melangkah maka ada rindu disana?
kenapa tak robohkan tingginya dinding-dinding kebekuan yang harusnya semua itu bisa kita syukuri…”
Kau melangkah perlahan, menatap sudut jingga dilangit, menengadahkan tangan menampung bulir-bulir gerimis yang turun perlahan.
“Engkau memang tak memberitahuku ungkapan seperti untaian rintik hujan yang jatuh, karena sederhana yang harus berusaha kumaknai, yaa, hanya semua hal-hal sederhana yang terbaik yang selalu dilakukannya dengan setulus hati”
“apakah aku memang pantas untuk mempertanyakan pada senja, aku memang belum bisa menjadi yang terbaik untuknya?”
“hanya hatiku yang selalu mengeja doa, aku ingin menjadi yang terbaik untuknya, Ya Allah, bahagiakan mereka sepertiku.”
Padang, 14 Juli 2013
sederhana memaknai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar