Lagi-lagi tentang hujan. Apakah hujan
menahanku sejenak? Apakah hujan yang turun melukiskan cerita ini? Seperti pelangi
yang hadir sesudah hujan, indah. Tapi apakah saputan warna –warna itu tak boleh
mewarnai lagi? Membeku dalam diam, cukup seperti itu saja.
Semua tak ada yang kebetulan. Bahkan hal
yang paling kebetulan sekalipun. Semua karena rencana Allah terlalu megah untuk
kita pahami. Sejatinya semua yang kita rencanakan dengan sebaik mungkin, tapi
kita harus menyadari.” Allah yang maha memiliki rencana yang sangat indah”. Ketika satu hal yang kita rencanakan tapi
bukan seperti cerita yang ingin kita tuliskan. Sebenarnya ada hikmah dibalik
itu semua, dan maknai lah, bahwa Allah sedang mempersiapkan cerita untuk kita.
Hujan turun menahanku. menghadapNya.
Aku tahu, aku tak berhak melukiskan
lagi saputan warna pelangi. Bukankah ini anugerah dari Nya?
hmm, entahlah. Aku tak bisa menjelaskannya, aku tak bisa memahaminya. Mungkin ini hanya kekagumanku saja. Padamu yang berjalan dijalanNya. Setidaknya itu harapanku.
hmm, entahlah. Aku tak bisa menjelaskannya, aku tak bisa memahaminya. Mungkin ini hanya kekagumanku saja. Padamu yang berjalan dijalanNya. Setidaknya itu harapanku.
Apakah ini sebuah bentuk titian ujian
dariNya?. Sejujurnya begitu berat, sangat berat. Tak pernah sedikitpun terlintas
diotakku. Semua karena ada damai yang kutemukan dijalan ini, ada ketulusan yang
selalu kurindukan dijalan ini, ada banyak pemahaman baik yang mampu membuatku
kembali memaknai mozaik kehidupan ini.
Aku kembali berkaca dalam lubuk hatiku, ah. Aku masih jauh, sangat, sangat jauh
dari baik. banyak hal yang harus kuperbaiki, kupahami lagi. Aku malu padaNya,
aku malu pada diriku sendiri.
Aku tak ingin semua menjadi sia-sia jika
sedetak hatiku salah memaknai jalan ini. Mampukah aku tetap seperti semula? Mungkin
ini sebuah proses untuk meletakkannya ditempat yang paling sederhana dihati,
membuat lengah dan tak waspada walaupun sebenarnya tak kan pernah terlupakan.
Sejuknya tetesan-tetesan air mengaliri wajahku, tanganku, kakiku.
MenghadapNya.
Aku malu dengan sepersekian detik
tatapan ku yang tak sengaja. Aku malu, aku sungguh-sungguh sangat-sangat malu.
Semoga semua tetap seperti semula. Semoga
dan semoga. Semoga ini bukanlah ujian yang melapukkan langkahku, aku belum
pantas berharap, aku malu berharap, aku malu.
Tak ada yang mampu menyingkap rahasia besar
itu, serahkan semua pada Nya, pada yang Maha Mengatur. Semua perputaran waktu? Apakah
diperputaran waktu semua akan tetap ada atau akan berlalu begitu saja. Ya Allah
yang maha membolak-balikkan hati. Tetapkan hatiku dijalanMu. Jika dia bukanlah
yang tertulis untukku, maka damaikanlah hatiku dengan ketentuanmu. Sehelai
daunpun tak akan gugur tanpa izin dariMu, apalagi tentang detak waktuku.
“Dan
kunci-kunci semua yang gaib ada padaNya; tidak ada yang mengetahui selain Dia.
Dia mengetahui apa yang ada didarat dan dilaut. Tidak ada sehelai daunpun yang
gugur yang tidak diketahuiNya. Tidak ada sebutir bijipun dalam kegelapan bumi
dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am : 59)
Bukittinggi, 24 Oktober 2013
Rintik hujan, saputan pelangi,
kepingan mozaik kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar