Minggu, 22 Desember 2013

Menulis Bagiku


Jika seseorang menanyakan padaku tentang menulis, bagiku menulis itu seni menyelami kedalaman hati. Menyusun huruf-huruf yang berhamburan menjadi kata-kata yang mampu kumaknai.

Menulis itu luapan emosi. Ia sebuah dunia yang mampu mendengarkanmu melebihi dirimu sendiri. Tak pernah protes jika goresan yang kamu buat selalu tentang itu-itu saja. Tak pernah mengeluh jika kau harus menulis tak kenal waktu dan tempat.

Menulis bagiku bukan langkah-langkah membuat kue yang punya takaran-takaran pasti, yang bahannya bisa dibeli kapanpun kau mau. Menulis itu ajaib. Kadang hadir tiba-tiba tanpa disadari lalu takjub dengan tulisan-tulisan itu dan berkata “kok bisa ya?”

Menulis itu juga kenangan. Ketika kau mampu merenung sejenak tentang hal-hal yang akan kau maknai.

Menulis itu berharga dan bermakna. Saat kau menggoreskan dengan cinta dan ketulusan, maka tulisan itu juga akan sampai pada relung hati orang yang membacanya. Ya.. ketika kau menulis dari hati maka akan sampai kehati.

Menulis itu juga sejarah. Saat tulisan-tulisan itu bergandeng waktu. Mampu membawamu kemasa lalu, atau tulisan itu bisa menjadi sebuah lorong waktu. Mengingatkanmu bahwa pernah ada mimpi-mimpi yang kau tulis. Sekarang saat waktu berlalu dan kau sekarang berada bahkan menggenggam mimpi-mimpi itu kau akan mengingat detailnya. atau mimpi-mimpi bersinar yang siap untuk kau raih. 

Menulis itu persahabatan…
Yaaa.. seperti sebuah keabadian persahabatan..
Kau menulis untuk mengabadikan, berbagi dan mengingat…
Menulis itu ketulusan sebuah keluarga terhebat..
Yaa, setiap detik yang terlewati tak pernah cukup untuk melukiskan indah dan tulusnya cinta itu.

Tulislah..tulislah..tulislah…
Imam Al-Ghazali pernah berkata: “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”.

 Padang, 23 Desember 2013
*aku ingin jadi penulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar