Sahabat Langit
sebuah cerpen dari Sri Asrianty
pagi ini bumi menunggui
didepan pintu ruang hati langit berharap bisa kembali duduk dan bercerita disana sebenarnya aku tau, kedatangan bumi bukan hanya sekedar itu tapi dia ingin memastikan langit akan baik baik saja karena awan hitam berarak
dan petir badai akan melanda
langit tak mau membuka pintu
“sudahlah, jangan menunggu disitu, mungkin langit ruang hatinya penuh sesak dan
tidak sedang memerlukan mu”
bumi menoleh, suara siapa itu?
owh, samudera
samudera yang jika nanti langit berurai air mata, maka semua pilunya akan
bermuara di samudera.
“baiklah, aku akan kembali pulang” jawab bumi.
lalu langit berteriak kepada bumi
“untuk apa lagi kamu peduli padaku, untuk apa? untuk mengingatkan bahwa akan
ada badai dan hujan? nyatanya badai akan datang, hujan akan segera turun, hujan
air mataku, lalu untuk apa lagi kamu mempertanyakan semua? sudahlah berhenti
bertanya tentang hal konyol itu padaku”
bumi tersenyum dan menitipkan pesan pada angin
“untuk langit sahabat baikku tidak apa-apa, tidak usah jujur padaku untuk kali
ini, aku hanya bisa mendoakan langit akan baik-baik saja, dan semoga ketika
badai reda dan esok pagi akan ada janji mentari, juga indah pelangi, katakan
aku menunggu di ujung pagi, dengan tawa yang dulu selalu kita temui. esok
ketika hati mu sudah tak sesak lagi, aku akan kembali bercerita kesana, atau
seperti biasa saat purnama, langit yang mengunjungi sepi bumi”
menerima pesan itu langit kembali tersadar, bumi selalu menjadi bumi tempatnya
pulang.
-Padang, 28 April 2015
:)
BalasHapusi like ukhti...:-)
BalasHapus