Hujan dibulan Desember
Hujan disudut mata
Rintik menancap dihati
Tentang Tanya yang mengulur waktu
Tentang kebijaksanaan yang masih saja kelu
Tentang jarak berpulau-pulau
Heey Ri, tak perlu menengadah kelangit biru\
Kelak kau akan bertemu versi yang lain
Yaa, ketika awan hitam jauh
Kelak bersama waktu dia akan menemuimu dengan mesin penenun hujan
Menjadi hujan di bulan Desember
Atau sebenarnya lebih penting tentang aku yang rindu dimensi yang
berbeda
Aku pernah menghujam kata pada semesta
Tapi sujud jadi tempat berpulang rasa.
Heey, aku tak akan menyanyikan (lagi) elegi hujan di bulan Desember
Aku tak suka hujan di bulan Desember
Ataupun sehabis hujan di bulan Desember
Karena aku tak punya lorong waktu untuk menelusuri hujan di bulan
Desember setahun yang lalu.
Disana rintiknya kutemukan damai diruang-ruang rumah, diruang-ruang
hati.
Kini rindu itu menggumpal menyesakkan.
Hanya mampu bersujud memohon padaNya ditengah hujan dibulan Desember
Heey Ri, bukankah didalam firmanNya dikatakan, “Dialah yang
menghidupkan dan mematikan, Dialah yang (mengatur) pergantian siang dan malam. Tidakkah
kamu mengerti? “(QS 23 : 80)
Bukankah didalam firmanNya dikatakan “Dan Allah tidak akan menunda
(kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan (QS 63 : 11)
Padang, 1 Desember 2014
Rinduku membeku
Semoga luruh oleh sujud dirintik hujan dibulan Desember.
Aku merindukanmu, sangat rindu.
Kak riri, aku rindu masa lalu :(
BalasHapusDi mana semuanya masih ada, tidak sekejam masa ini..
iya Fadly, tapi kita tak punya lorong waktu untuk kembali, walaupun rindu menggumpal, walaupun rindu begitu menyesakkan.
Hapushanya sujud jadi tempat berpulang rasa