Sabtu, 26 April 2014

Memaafkan

ingatlah pula suatu ketika ketika dua bendera berkibar di gunung Abu Qubais. di atas untanya Sang Nabi duduk dengan kepala tertunduk, "Fasabbih Bihamdi Rabbika wastaghfirh.." matanya menitikkan bening yang syahdu. Allah memenangkannya hari ini. dan kedua bendera itu berkibar. 

disalah satu sayap ada Sa'd ibn 'Ubadah, membusungkan dada dengan penuh kebanggaan. tatapan matanya tajam berkilat. hari ini, dengan keislamannya, ia merasa mulia dihadapan Makkah yang tiba2 terasa kecil dan takluk pada wadya Madinah yang dipimpinnya. "hari ini adalah hari menangnya kebenaran dan hancurnya kebatilan," katanya. Bendera yang dihela tangan kanannya mengembang, tegak, dan gagah. Bendera yang berdarah-darah melindungi risalah, membela persaudaraan, dan kini mengantarkannya pada sebuah kemenangan: Bendera Anshar.

Pada sayap yang lain, Az-Zubair ibn Al'-Awwam tegak khidmat diatas kudanya. berjuta rasa berkecamuk di dadanya. Pada Makkah, kota dengan selaksa kenangan baginya. Bayangan kanak-kanaknya yang penuh tawa berselebat dgn bayangan darah dan air mata saat ia dan sejawatnya menegakkan Islam pertama kali disana, dititik itu yang kini sedang ditatapnya berkaca-kaca, di dekat ka'bah yang mulia. Bendera yang dipegangnya meliuk-liuk rindu, bergetar oleh angin nostalgi yang tak terkatakan. bendera itu, bendera yang menyertai Nabi sejak mula dia didustakan kaumnya, bendera yang terusir dari tanah yang dicintainya : kaum Muhajirin.

Ketika akhirnya Makkah jatuh, kedua bendera itu menyatu gagah didepan ka'bah, dan sang Rasul berdiri dihadapan warga Quraisy yang harap-harap cemas. Quraisy kalah. Mereka takluk. Getir sekali. Mereka meringkuk dalam tekanan perasaan yang amat pahit. "wahai segenap Quraisy!" ucap Sang Nabi dalam wajah yang amat teduh, "Apa yang akan kulakukan pada kalian menurut sangkaan dalam hati kalian?"

sejenak bayangan penindasan, penyiksaan, kekejaman, pembunuhan, boikot, pengusiran, caci-maki, penghinaan dan segala luka yang mereka timpakan kepada Muhammad beserta pengikutnya bertahun-tahun lalu berselebat dibenak tiap orang Quraisy. Ya, apa yang akan dilakukan Muhammad? kini dia menang dan mereka semua ada dalam genggamannya

Hari ini, seperti kata Sa'd ibn 'Ubadah, bisa menjadi hari dihalalkannya yang haram dan bebasnya pembalasan dendam.

"tindakan yang baik dalam prasangka baik" Suhail ibn 'Amar sang duta Hudaibiyah memberanikan diri menjawab sang nabi
"sebab engkau adalah saudara kami yang mulia, putra saudara kami yang mulia."

Sang Nabi tersenyum. "Pergilah!" ujarnya syahdu, "Kalian semua bebas."

*Dalam Dekapan UKhuwah oleh Sallim A Fillah


Rasulullah,, selalu mampu menyentuh dengan keagungan akhlak. 
belajarlah selalu untuk memaafkan yi..
memaafkan, "kita naik ketingkat yang lebih tinggi ketika kita memperlakukan orang lain lebih baik daripada cara mereka memperlakukan kita" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar